Tiga Langkah Mengendalikan A-marah

 

Tiga Langkah Mengendalikan A-marah

 


Photo by Max Böhme on Unsplash

 

Sangatlah susah! Banyak orang berkata (teman-teman saya) sebelum bicara meluapkan amarah berpikirlah terlebih dahulu. Mana ada? Mana bisa? Yang terjadi itu, ketika saya marah, emosi membuncah, rasio atau daya pikir tidak akan berjalan dengan baik, sebab hanya ada luapan api panas membara yang harus dikeluarkan. Lalu bagaimana? Tentunya, jika tidak bisa berpikir, maka semua akan gelap gulita! Pikiran “cupet” kata orang jawa. Itulah dilema yang dialami, berdasarkan pengalaman pribadi. Ketika emosi membuncah dan siap meledak, memang akan sangat memuaskan jika bisa mengeluarkannya dengan sekali sikat. Lalu memuntahkannya kepada orang lain seperti melempar bola panas. Muntahan itu biasanya berupa kata-kaya kasar, memaki-maki dan menilai semuanya negatif. Tidak ada yang benar sekalipun diluar diri sendiri. Benar tidak??? Itu realitas yang kita alami tatkala menonjolkan amarah, atau saya menyebutnya si kartu merah.

 

Lantas tips apa nih yang mau saya bagikan?

 

Setelah berkali-kali saya sering dilanda amarah, emosi dan kekalutan karena kehadiran orang ketiga yang sangat menggangu atau annoying. Yah.. tentunya semua itu butuh sebuah proses dan waktu. Tidak bisa serta merta secara instant ya.

 

Pertama, saya hanya mencoba mengalihkan fokus. Tidak mudah memang, tahapan ini berawal dari saya yang ingin mengalihkan perhatian si kartu merah. Perhatian dan fokus si kartu merah akan teralihkan jika melakukan sebuah aktivitas. Yang saya lakukan adalah jalan-jalan dan melihat-lihat untuk mengalihkannya. Terbukti? Bisa dibilang lima puluh persen. Maka dilangkah pertama ini belum selesai y.

 

Kedua, hal lain yang  saya lakukan adalah dengan menarik nafas, menarik nafas, dan menarik nafas. Terus berulang kali sampai saya merasa tenang dan bisa mengendalikan diri kembali. Ini saya lakukan semabri jalan ya. Jadi bisa langsung melakukan dua hal, melihat-lihat untuk mengalihkan perhatian si kartu merah dan menarik nafas mensyukuri hidup ini untuk mengingatkan kita tentang siapa diri ini. Kalau saya sih biasanya menarik nafas sambil mengingat anak saya, sumber kebahagiaan saya saat di rumah. Membayangkan rupa dan muka anak saya membuat tenang dan bisa cooling down. Utuk anda coba saja mencari sumber atau moment bahagaia anda saat apa, dengan siapa? Ini bisa dijadikan mediasi untuk menenangkan diri.  Naaaah… sesudah itu,  baru deh ada sedikit cahaya. Lebih adem dan ayem kata orang jawa. Tapi ini belum selesai ya.

 

Berikutnya, tahap ketiga. Saya suka menuliskan sesuatu tentang amarah saya. Dahulu saya akan langsung kirim pesan WA ke istri sebagai tempat membuang sampah. Tapi.. saya rasa ini kurang baik. Kenapa? Ketika kita memberi sesuatu yang negatif, otomatis yang negatif itu akan menjalar dan menular seperti virus. Maka saya perlahan mulai menguranginya. Tentu tidak bisa sekaligus ya. Maka dari itu, saat ini saya mengalihkan tulisan yang berupa makian itu kedalam bentuk tulisan yang lain. Yakni, dengan menulis artikel dan menumpahkan isi pikiran saya kedalam sebuah tulisan. Bagi saya, tentu hal ini akan lebih positif dan baik untuk dikonsumsi serta lebih bermanfaat kan? Yang terkahir tentunta kita menjadi lebih toleran.

 

Bagaimana.. anda setuju dengan saya?

Jika setuju silahkan beri tanggapan di kolom komentar ya..

Terimakasih, dan semoga kita bisa saling berbagi dan memberi.

 

17 Februari 2021

Salam SAPA

-DDK-

 

Mari bersama-sama belajar mengalihkan perhatian si kartu merah kedalam tulisan yang bermanfaat

0 Response to "Tiga Langkah Mengendalikan A-marah"

Post a Comment

Featured Post

AKU PUNYA SATU CITA-CITA

  AKU PUNYA SATUCITA-CITA   Photo by Mehdi Sepehri on Unsplash Dari saat masih kecil, seringkali kita ditanya oleh orang-orang tentang ...