Tiga Langkah Mengendalikan A-marah
Sangatlah susah! Banyak orang
berkata (teman-teman saya) sebelum bicara meluapkan amarah berpikirlah terlebih
dahulu. Mana ada? Mana bisa? Yang terjadi itu, ketika saya marah, emosi
membuncah, rasio atau daya pikir tidak akan berjalan dengan baik, sebab hanya
ada luapan api panas membara yang harus dikeluarkan. Lalu bagaimana? Tentunya, jika
tidak bisa berpikir, maka semua akan gelap gulita! Pikiran “cupet” kata orang jawa. Itulah dilema yang dialami, berdasarkan
pengalaman pribadi. Ketika emosi membuncah dan siap meledak, memang akan sangat
memuaskan jika bisa mengeluarkannya dengan sekali sikat. Lalu memuntahkannya kepada
orang lain seperti melempar bola panas. Muntahan itu biasanya berupa kata-kaya
kasar, memaki-maki dan menilai semuanya negatif. Tidak ada yang benar sekalipun
diluar diri sendiri. Benar tidak??? Itu realitas yang kita alami tatkala
menonjolkan amarah, atau saya menyebutnya si kartu merah.
Lantas
tips apa nih yang mau saya bagikan?
Setelah berkali-kali saya
sering dilanda amarah, emosi dan kekalutan karena kehadiran orang ketiga yang
sangat menggangu atau annoying. Yah..
tentunya semua itu butuh sebuah proses dan waktu. Tidak bisa serta merta secara
instant ya.
Pertama, saya hanya mencoba
mengalihkan fokus. Tidak mudah memang, tahapan ini berawal dari saya yang ingin
mengalihkan perhatian si kartu merah. Perhatian dan fokus si kartu merah akan
teralihkan jika melakukan sebuah aktivitas. Yang saya lakukan adalah
jalan-jalan dan melihat-lihat untuk mengalihkannya. Terbukti? Bisa dibilang
lima puluh persen. Maka dilangkah pertama ini belum selesai y.
Kedua, hal lain yang saya lakukan adalah dengan menarik nafas,
menarik nafas, dan menarik nafas. Terus berulang kali sampai saya merasa tenang
dan bisa mengendalikan diri kembali. Ini saya lakukan semabri jalan ya. Jadi bisa
langsung melakukan dua hal, melihat-lihat untuk mengalihkan perhatian si kartu
merah dan menarik nafas mensyukuri hidup ini untuk mengingatkan kita tentang
siapa diri ini. Kalau saya sih biasanya menarik nafas sambil mengingat anak
saya, sumber kebahagiaan saya saat di rumah. Membayangkan rupa dan muka anak
saya membuat tenang dan bisa cooling down. Utuk anda coba saja mencari sumber
atau moment bahagaia anda saat apa, dengan siapa? Ini bisa dijadikan mediasi
untuk menenangkan diri. Naaaah… sesudah
itu, baru deh ada sedikit cahaya. Lebih adem dan ayem kata orang jawa. Tapi ini belum selesai ya.
Berikutnya, tahap ketiga.
Saya suka menuliskan sesuatu tentang amarah saya. Dahulu saya akan langsung
kirim pesan WA ke istri sebagai tempat membuang sampah. Tapi.. saya rasa ini
kurang baik. Kenapa? Ketika kita memberi sesuatu yang negatif, otomatis yang
negatif itu akan menjalar dan menular seperti virus. Maka saya perlahan mulai
menguranginya. Tentu tidak bisa sekaligus ya. Maka dari itu, saat ini saya
mengalihkan tulisan yang berupa makian itu kedalam bentuk tulisan yang lain.
Yakni, dengan menulis artikel dan menumpahkan isi pikiran saya kedalam sebuah
tulisan. Bagi saya, tentu hal ini akan lebih positif dan baik untuk dikonsumsi
serta lebih bermanfaat kan? Yang terkahir tentunta kita menjadi lebih toleran.
Bagaimana..
anda setuju dengan saya?
Jika
setuju silahkan beri tanggapan di kolom komentar ya..
Terimakasih,
dan semoga kita bisa saling berbagi dan memberi.
17 Februari 2021
Salam SAPA
-DDK-
Mari bersama-sama belajar mengalihkan
perhatian si kartu merah kedalam tulisan yang bermanfaat
0 Response to "Tiga Langkah Mengendalikan A-marah"
Post a Comment