137 RIBU BERSAUDARA

 

137 RIBU BERSAUDARA

 

Bersaudara jelas merupakan kata yang tidak asing bagi kita. Bersaudara sendiri diambil dari kata “saudara”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (https://kbbi.web.id/saudara) kata “saudara” memiliki arti:

1.               orang yang seibu seayah (atau hanya seibu atau seayah saja)

2.               adik atau kakak,

3.               orang yang bertalian keluarga,

4.               sanak,

5.               mempunyai saudara,

6.               adik beradik,

7.               beradik berkakak.

Hal ini berarti bahwa orang yang masuk dalam kategori saudara adalah “orang yang masih memiliki hubungan darah dengan diri kita”. Sebagai contoh kakak-beradik menjadi saudara karena ada hubungan darah seibu atau seayah. Jika mau sedikit lebih jauh, “sepupu” masih ada hubungan saudara karena satu keturunan dari kakek/nenek. Inilah hubungan yang kita kenal dengan hubungan “bersaudara”.

Bersaudara juga bisa diartikan karena kita memiliki latar belakang yang sama. Sebagai contoh, seseorang akan dianggap sebagai saudara meskipun dia bukan dari keturunan yang sama (ayah/ibu, kakek/nenek), dan juga jika dia memiliki latar belakang yang sama dalam hal “suku”, “agama”, “satu komunitas”, dll. Disini pemahaman beraudara sudah sedikit mengalami perubahan dan perkembangan. Tidak lagi hanya sebatas ikatan darah, tapi sudah merambah “kita bersaudara karena kita satu suku”, “kita bersaudara karena kita satu komunitas”, “kita bersaudara karena kita satu pemahaman atau sepemikiran”. Terlihat memang sudah ada perkembangan. Namun… apakah bersaudara itu harus terkotak-kotak atau terpisah-pisah atau tersekat oleh semua hal tersebut? Apakah saudara harus disekat dengan batas-batas dan sekat-sekat sosial?!

Photo by Nathan Dumlao on Unsplash


Bagi saya, bersaudara itu jauh lebih luas daripada hanya sekadar ikatan darah belaka, hanya sekadar satu suku, hanya sekedar satu agama, hanya sekedar satu pemahaman. Kalau demikian, orang diluar kategori tersebut adalah “BUKAN SAUDARA”. Lalu, apapun yang terjadi pada orang-orang diluar kategori tersebut “AKU TAK MAU TAU”. Apakah benar seperti itu??? Mari kita buka kacamata pemahaman kita, mari dengan rendah hati kita buka lebar hati kita akan “PERSAUDARAAN YANG SEJATI”.

    Hari ini saya disadarkan oleh sebuah kutipan Kitab Suci yang berbunyi demikian “barang siapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya” (1 Yohanes 4: 21). Saya, anda, dan kita semua menerima sebuah perintah untuk mengasihi saudara. Namun, apakah perintah ini akan terbantahkan oleh sebuah pemahaman sempit kita yang berkata “dia bukan saudara saya karena tidak ada ikatan darah; karena tidak satu suku; karena tidak satu agama; karena tidak satu pemahaman”. Bukankah hal ini justru bertentangan dengan “KASIH” yang Allah ajarkan sendiri? Helloooo, wake up and open your deep-hearts to accept the other! Mari kita membuka hati kita untuk sebuah persaudaraan yang lebih luas lagi dan untuk menebarkan benih-benih cinta kasih seperti yang Dia peritahkan. “Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih” (1 Yohanes 4: 7-8). Nah… marilah kita saling mengasihi terhadap siapapun itu, sebab orang yang tidak kita kenal sekalipun adalah saudara bagi kita. Karena, -sekali lagi-, jangan sampai kita tidak mengenal Allah atau MENJADI BUTA karena sebuah sekat sosial yang kita ciptakan sendiri. Sebuah sekat yang memisahkan kamu saudaraku atau bukan karena hal-hal sempit dalam pikiran kita.

 

Dalam ALLAH kita bersaudara

Dalam YESUS kita bersaudara

Dalam Roh Kudus kita bersaudara

 

 

15 Februari 2021

-DDK-

SALAM 137 RIBU BERSAUDARA

0 Response to "137 RIBU BERSAUDARA"

Post a Comment

Featured Post

AKU PUNYA SATU CITA-CITA

  AKU PUNYA SATUCITA-CITA   Photo by Mehdi Sepehri on Unsplash Dari saat masih kecil, seringkali kita ditanya oleh orang-orang tentang ...