Bersaudara jelas merupakan kata yang tidak asing bagi kita. Bersaudara sendiri diambil dari kata “saudara”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (https://kbbi.web.id/saudara) kata “saudara” memiliki arti:
1.
orang yang seibu seayah (atau hanya seibu atau
seayah saja)
2. adik atau kakak,
3.
orang yang bertalian keluarga,
4.
sanak,
5.
mempunyai saudara,
6.
adik beradik,
7.
beradik berkakak.
Hal ini berarti bahwa orang yang masuk dalam
kategori saudara adalah “orang yang masih memiliki hubungan darah dengan diri
kita”. Sebagai contoh kakak-beradik menjadi saudara karena ada hubungan darah seibu
atau seayah. Jika mau sedikit lebih jauh, “sepupu” masih ada hubungan saudara
karena satu keturunan dari kakek/nenek. Inilah hubungan yang kita kenal dengan hubungan “bersaudara”.
Bersaudara juga bisa diartikan karena
kita memiliki latar belakang yang sama. Sebagai contoh, seseorang akan dianggap
sebagai saudara meskipun dia bukan dari keturunan yang sama (ayah/ibu,
kakek/nenek), dan juga jika dia memiliki latar belakang yang sama dalam hal “suku”, “agama”,
“satu komunitas”, dll. Disini pemahaman beraudara sudah sedikit mengalami
perubahan dan perkembangan. Tidak lagi hanya sebatas ikatan darah, tapi sudah
merambah “kita bersaudara karena kita satu suku”, “kita bersaudara karena kita
satu komunitas”, “kita bersaudara karena kita satu pemahaman atau sepemikiran”.
Terlihat memang sudah ada perkembangan. Namun… apakah bersaudara itu harus
terkotak-kotak atau terpisah-pisah atau tersekat oleh semua hal tersebut?
Apakah saudara harus disekat dengan batas-batas dan sekat-sekat sosial?!
Photo by Nathan
Dumlao on Unsplash
Bagi saya, bersaudara itu jauh lebih
luas daripada hanya sekadar ikatan darah belaka, hanya sekadar satu suku, hanya
sekedar satu agama, hanya sekedar satu pemahaman. Kalau demikian, orang diluar
kategori tersebut adalah “BUKAN SAUDARA”. Lalu, apapun yang terjadi pada
orang-orang diluar kategori tersebut “AKU TAK MAU TAU”. Apakah benar seperti
itu??? Mari kita buka kacamata pemahaman kita, mari dengan rendah hati
kita buka lebar hati kita akan “PERSAUDARAAN
YANG SEJATI”.
Hari ini saya disadarkan oleh sebuah kutipan
Kitab Suci yang berbunyi demikian “barang siapa mengasihi Allah, ia harus juga
mengasihi saudaranya” (1 Yohanes 4: 21). Saya, anda, dan kita semua menerima
sebuah perintah untuk mengasihi saudara. Namun, apakah perintah ini akan
terbantahkan oleh sebuah pemahaman sempit kita yang berkata “dia bukan saudara
saya karena tidak ada ikatan darah; karena tidak satu suku; karena tidak satu
agama; karena tidak satu pemahaman”. Bukankah hal ini justru bertentangan
dengan “KASIH” yang Allah ajarkan sendiri? Helloooo, wake up and open your deep-hearts to accept the other! Mari kita membuka hati kita untuk sebuah persaudaraan yang lebih luas lagi dan
untuk menebarkan benih-benih cinta kasih seperti yang Dia peritahkan.
“Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu
berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan
mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab
Allah adalah kasih” (1 Yohanes 4: 7-8). Nah… marilah kita saling mengasihi
terhadap siapapun itu, sebab orang yang tidak kita kenal sekalipun adalah
saudara bagi kita. Karena, -sekali lagi-, jangan sampai kita tidak mengenal
Allah atau MENJADI BUTA karena sebuah
sekat sosial yang kita ciptakan sendiri. Sebuah sekat yang memisahkan kamu
saudaraku atau bukan karena hal-hal sempit dalam pikiran kita.
Dalam ALLAH kita bersaudara
Dalam YESUS kita bersaudara
Dalam Roh Kudus kita bersaudara
15 Februari 2021
-DDK-
SALAM 137 RIBU BERSAUDARA
0 Response to "137 RIBU BERSAUDARA"
Post a Comment